IST
Kami mengajak semua pihak untuk berhenti sejenak pada Hari
Internasional untuk Pasukan Penjaga Perdamaian PBB atau The
International Day of UN Peacekeepers (29 Mei) ini untuk menghormati
rekan-rekan yang gugur. Kami juga memberi penghormatan khusus kepada
mitra-mitra penjaga perdamaian. Mereka telah mengontribusikan keuangan,
sumber daya manusia, dan material.
Hari ini, 29 Mei, merupakan The International Day of
United Nations Peacekeepers atau Hari Internasional Pasukan Penjaga
Perdamaian PBB. Penjaga perdamaian PBB merupakan salah satu inovasi dan
adaptasi. Sampai 20 tahun yang lalu, penjaga perdamaian PBB tampaknya
lebih terbuka. Baret biru dikerahkan untuk memantau gencatan senjata di
antara negara yang berperang. Mereka mengamati, melaporkan pelanggaran,
dan memfasilitasi solusi.
Pasukan-pasukan penjaga perdamaian baru beroperasi di medan yang jauh lebih kompleks. Mereka membantu membawa perdamaian ke daratan-daratan yang mengalami konflik. Aktor-aktor non pemerintah, seperti kelompok-kelompok penjahat terorganisasi, sekarang membawa tambahan masalah terhadap perdamaian.
Untuk keluar dari masalah ini, penjaga perdamaian PBB telah mengembangkan sebuah pendekatan multidimensional yang menyatukan militer, polisi, dan warga sipil yang bekerja di berbagai bidang. Mereka bersama-sama bekerja untuk menegakkan hukum, hak asasi manusia, serta perlindungan warga sipil.
Namun, sementara kami mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan baru dari Republik Demokratik Kongo (DRC) hingga Mali, dan mungkin Somalia dan Suriah, penjaga perdamaian akan berhadapan dengan dua prinsip mendasar. Pertama, penjaga perdamaian tidak dapat mewakili kesepakatan politik. Intervensi penjaga perdamaian harus didukung dalam kerangka politik yang jelas.
Di Kongo, misalnya, Kerangka Perdamaian dan Keamanan "the Peace and Security Framework" yang disetujui oleh 11 negara merupakan wadah yang sangat diperlukan dalam Misi Stabilisasi PBB di Kongo (Monuso) dalam upaya memutus siklus kekerasan dewasa ini.
Di Mali, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk melibatkan semua pihak dalam proses rekonsiliasi politik yang akan menguraikan dan menginformasikan kerja United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (Minusma) dalam mendukung keamanan dan perlindungan warga sipil.
Kedua, Penjaga Perdamaian membutuhkan sarana lebih banyak dan keterampilan yang lebih baik. Kami harus memastikan bahwa misi-misi diberi sumber daya untuk memastikan kesadaran penuh akan situasi yang berkembang dan merespons secara tepat.
Di timur Kongo, tempat kelompok bersenjata terus mengancam jutaan warga sipil, kami meresponsnya dengan Pasukan Gabungan Brigade baru yang tidak menggunakan senjata. Mereka menggunakan kendaraan udara tidak berawak untuk memantau pergerakan kelompok-kelompok bersenjata yang menimbulkan ancaman bagi warga sipil.
Risiko Tinggi
Sarana-sarana ini akan menjadi taktik strategis bagi misi penjaga perdamaian, serta mobilitas yang cepat dan memberi efek jera yang lebih kuat. Pendekatan-pendekatan baru ini menambah kekhawatiran karena Penjaga Perdamaian PBB cenderung menentang perang. Namun, bukan ini masalahnya. Mandat Dewan Keamanan PBB sudah jelas. Mereka menggunakan kekuatan di Kongo sebagai pengecualian, bukan aturan dalam operasi standar Penjaga Perdamaian PBB.
Sifat konflik bersenjata yang selalu berkembang juga menuntut perubahan-perubahan kemampuan Penjaga Perdamaian. Pada umumnya, mereka beroperasi di lingkungan yang berisiko tinggi, di mana upaya perdamaian dan stabilitas sangat pelik. Kendati demikian, ketika Penjaga Perdamaian PBB membahas karakter konflik abad ke-21, beradaptasi dengan konteks-konteks baru yang merupakan evolusi, bukan revolusi.
Kami berdiri di atas prinsip-prinsip dasar yang sudah menuntun penjaga perdamaian sejak tahun 1950 untuk bertindak tanpa memihak dalam mendukung perdamaian. PBB beroperasi dengan persetujuan para pihak. Kami menggunakan kekerasan hanya untuk membela diri dan membela mandat Dewan Keamanan. Tetapi, kami juga harus siap menghadapi pihak-pihak yang menjadi penghalang di ambang proses perdamaian.
Di Mali, PBB sedang mempersiapkan sebuah misi baru ke dalam lingkungan yang rentan. Pasukan harus siap menghadapi ancaman bom rakitan dan pelaku bom bunuh diri yang dikenal sebagai "perang asimetris"." Hal-hal tersebut berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan kolateral. Kadangkala pasukan menjadi korban target langsung dari eskalasi konflik pihak-pihak yang bertikai. Minusma sedang menyiapkan bersama-sama dengan Prancis bertanggung jawab secara paralel akan menghadapi terorisme dan tindakan-tindakan penegakan hukum.
Pada tahun lalu, ada 111 pasukan Penjaga Perdamaian kehilangan nyawa dalam menjalankan misi PBB. Banyak yang meninggal dalam menjalankan tugas. Pada bulan April tahun ini, lima pasukan tewas di Sudan Selatan, ketika konvoi sipil yang sedang mereka kawal diserang. Pada bulan Juni tahun lalu, tujuh pasukan PBB dibunuh di Pantai Gading, ketika patroli mereka diserang.
Kami juga telah kehilangan pasukan Penjaga Perdamaian atas serangan di Darfur, Abyei, dan di Kongo dalam satu tahun terakhir. Kami mengajak semua pihak untuk berhenti sejenak pada Hari Internasional untuk Pasukan Penjaga Perdamaian PBB atau The International Day of UN Peacekeepers (29 Mei) ini untuk menghormati rekan-rekan yang gugur. Kami juga memberi penghormatan khusus kepada mitra-mitra penjaga perdamaian. Mereka telah berkontribusi keuangan, sumber daya manusia, dan material.
Terima kasih khusus atas kerja sama ini. Penjaga Perdamaian PBB terus maju dan tetap menjadi sarana yang relevan untuk mengatasi konflik baru. Meskipun ancaman lama dan baru datang, PBB terus melakukan yang terbaik. Personel Penjaga akan pergi ke tempat yang dihindari orang lain karena ada konflik. Pasukan harus ke daerah konflik tersebut untuk membantu masyarakat yang mengalami kekerasan. Pasukan Penjaga Perdamaian PBB akan terus menghadapi tantangan-tantangan ke depan yang bakal lebih berat lagi.
Oleh Hervé Ladsous
Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian
Sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/120481
Pasukan-pasukan penjaga perdamaian baru beroperasi di medan yang jauh lebih kompleks. Mereka membantu membawa perdamaian ke daratan-daratan yang mengalami konflik. Aktor-aktor non pemerintah, seperti kelompok-kelompok penjahat terorganisasi, sekarang membawa tambahan masalah terhadap perdamaian.
Untuk keluar dari masalah ini, penjaga perdamaian PBB telah mengembangkan sebuah pendekatan multidimensional yang menyatukan militer, polisi, dan warga sipil yang bekerja di berbagai bidang. Mereka bersama-sama bekerja untuk menegakkan hukum, hak asasi manusia, serta perlindungan warga sipil.
Namun, sementara kami mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan baru dari Republik Demokratik Kongo (DRC) hingga Mali, dan mungkin Somalia dan Suriah, penjaga perdamaian akan berhadapan dengan dua prinsip mendasar. Pertama, penjaga perdamaian tidak dapat mewakili kesepakatan politik. Intervensi penjaga perdamaian harus didukung dalam kerangka politik yang jelas.
Di Kongo, misalnya, Kerangka Perdamaian dan Keamanan "the Peace and Security Framework" yang disetujui oleh 11 negara merupakan wadah yang sangat diperlukan dalam Misi Stabilisasi PBB di Kongo (Monuso) dalam upaya memutus siklus kekerasan dewasa ini.
Di Mali, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk melibatkan semua pihak dalam proses rekonsiliasi politik yang akan menguraikan dan menginformasikan kerja United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (Minusma) dalam mendukung keamanan dan perlindungan warga sipil.
Kedua, Penjaga Perdamaian membutuhkan sarana lebih banyak dan keterampilan yang lebih baik. Kami harus memastikan bahwa misi-misi diberi sumber daya untuk memastikan kesadaran penuh akan situasi yang berkembang dan merespons secara tepat.
Di timur Kongo, tempat kelompok bersenjata terus mengancam jutaan warga sipil, kami meresponsnya dengan Pasukan Gabungan Brigade baru yang tidak menggunakan senjata. Mereka menggunakan kendaraan udara tidak berawak untuk memantau pergerakan kelompok-kelompok bersenjata yang menimbulkan ancaman bagi warga sipil.
Risiko Tinggi
Sarana-sarana ini akan menjadi taktik strategis bagi misi penjaga perdamaian, serta mobilitas yang cepat dan memberi efek jera yang lebih kuat. Pendekatan-pendekatan baru ini menambah kekhawatiran karena Penjaga Perdamaian PBB cenderung menentang perang. Namun, bukan ini masalahnya. Mandat Dewan Keamanan PBB sudah jelas. Mereka menggunakan kekuatan di Kongo sebagai pengecualian, bukan aturan dalam operasi standar Penjaga Perdamaian PBB.
Sifat konflik bersenjata yang selalu berkembang juga menuntut perubahan-perubahan kemampuan Penjaga Perdamaian. Pada umumnya, mereka beroperasi di lingkungan yang berisiko tinggi, di mana upaya perdamaian dan stabilitas sangat pelik. Kendati demikian, ketika Penjaga Perdamaian PBB membahas karakter konflik abad ke-21, beradaptasi dengan konteks-konteks baru yang merupakan evolusi, bukan revolusi.
Kami berdiri di atas prinsip-prinsip dasar yang sudah menuntun penjaga perdamaian sejak tahun 1950 untuk bertindak tanpa memihak dalam mendukung perdamaian. PBB beroperasi dengan persetujuan para pihak. Kami menggunakan kekerasan hanya untuk membela diri dan membela mandat Dewan Keamanan. Tetapi, kami juga harus siap menghadapi pihak-pihak yang menjadi penghalang di ambang proses perdamaian.
Di Mali, PBB sedang mempersiapkan sebuah misi baru ke dalam lingkungan yang rentan. Pasukan harus siap menghadapi ancaman bom rakitan dan pelaku bom bunuh diri yang dikenal sebagai "perang asimetris"." Hal-hal tersebut berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan kolateral. Kadangkala pasukan menjadi korban target langsung dari eskalasi konflik pihak-pihak yang bertikai. Minusma sedang menyiapkan bersama-sama dengan Prancis bertanggung jawab secara paralel akan menghadapi terorisme dan tindakan-tindakan penegakan hukum.
Pada tahun lalu, ada 111 pasukan Penjaga Perdamaian kehilangan nyawa dalam menjalankan misi PBB. Banyak yang meninggal dalam menjalankan tugas. Pada bulan April tahun ini, lima pasukan tewas di Sudan Selatan, ketika konvoi sipil yang sedang mereka kawal diserang. Pada bulan Juni tahun lalu, tujuh pasukan PBB dibunuh di Pantai Gading, ketika patroli mereka diserang.
Kami juga telah kehilangan pasukan Penjaga Perdamaian atas serangan di Darfur, Abyei, dan di Kongo dalam satu tahun terakhir. Kami mengajak semua pihak untuk berhenti sejenak pada Hari Internasional untuk Pasukan Penjaga Perdamaian PBB atau The International Day of UN Peacekeepers (29 Mei) ini untuk menghormati rekan-rekan yang gugur. Kami juga memberi penghormatan khusus kepada mitra-mitra penjaga perdamaian. Mereka telah berkontribusi keuangan, sumber daya manusia, dan material.
Terima kasih khusus atas kerja sama ini. Penjaga Perdamaian PBB terus maju dan tetap menjadi sarana yang relevan untuk mengatasi konflik baru. Meskipun ancaman lama dan baru datang, PBB terus melakukan yang terbaik. Personel Penjaga akan pergi ke tempat yang dihindari orang lain karena ada konflik. Pasukan harus ke daerah konflik tersebut untuk membantu masyarakat yang mengalami kekerasan. Pasukan Penjaga Perdamaian PBB akan terus menghadapi tantangan-tantangan ke depan yang bakal lebih berat lagi.
Oleh Hervé Ladsous
Penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian
Sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/120481
Tidak ada komentar:
Posting Komentar