Pengurus HMI
Kami akademisi muda mencita-citakan kemajuan,kesejahtraan,dan keadilan terwujud di Tanah Air Indonesia tercinta. YAKin Usaha SAmpai.
Kader HMI
Kader HMI anti Korupsi, Nepotisme, dan Kolusi.
Logo HMI
HMI merupakan Organisasi Kemahasiswaan, Organisasi Pengkaderan dan Perjuangan yang didirikan pada 5 Februari 1947 M / 14 Rabiul Awal 1366 H. Dengan tujuan Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata'ala.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Rabu, 22 Januari 2014
Agama, Manusia, dan Muslim
Secara
umum, iman artinya percaya atau yakin yaitu percaya atau yakin bahwa seluruh
alam semesta, manusia, ruang dan waktu ada yang menciptakan, yang diistilahkan
dengan Tuhan, Allah, Hiyang, God, Rabb dan lain sebagainya. Dalam filsafat,
kepercayaan dan keyakinan akan adanya pencipta ini diistilahkan dengan teism.
Teisme adalah paham yang mempercayai Tuhan sebagai pribadi dan bersifat
rohaniah, dengan siapa manusia dapat melakukan hubungan peribadatan.
Keyakinan
dan kepercayaan akan adanya Tuhan ini diperkenalkan oleh agama. Agama merupakan
satu dari tiga penemuan yang paling esensial, yang membedakan manusia secara
prinsiple dengan hewan. Ketiga penemuan itu menurut Sidilot ialah bahasa, api
dan agama. Demikian penting ketiga penemuan tersebut, sehingga ia tak dapat
diimbangi dengan penemuan-penemuan lainnya. Peranan yang dimainkan oleh ketiga
penemuan tersebut buka saja menentukan sejarah tetapi masih tetap menentukan
nasib bangsa-bangsa dewasa ini.
Para
ahli membagi agama kedalam dua bentuk, yaitu: Pertama, agama hasil produk
manusia dimana agama ini adalah hasil kebudayaan manusia, tampa melalui utusan
Tuhan atau wahyu. Kedua, Agama samawiyah atau agama yang muncul karena adanya
wahyu Tuhan yang diturunkan melalui utusannya, yang diistilahkan dengan nabi,
rasul dan lain sebagainya, yang termasuk golongan ini yaitu Yahudi, Kristen dan
Islam.
Ketika
agama muncul, ia tidak hanya membawa paham tetapi juga membawa aturan-aturan
yang harus diikuti oleh pemeluknya. Aturan-aturan itu sebagai wujud pengabdian
pemeluk agama pada Tuhan, dimana mengatur didalamnya urusan ibadat, muamalat
dan moral yang harus diikuti dan dipatuhi. Aturan-aturan itu memiliki sanksi
yaitu bagi yang taat mematuhi urusan agama maka setelah mati nanti, mereka akan
diberikan balasan berupa kehidupan yang menyenangkan “surga”. Dan bagi siapa
yang tidak ta’at maka akan dimasukkan kedalam neraka, tempat yang penuh siksa
dan mengerikan.
Keyakinan
akan adanya surga dan neraka inilah yang membuat kelompok teime, yang
percaya dan yakin adanya Tuhan, mau mennyibukkan diri dan meluangkan waktu
untuk melaksanakan tuntunan-tuntunan agama mereka. Telah diketahui bersama
bahwa orang tidak mungkin akan melakukan suatu perbuatan dengan sukarela, iklas
dan berkesinambungan kecuali atas dasar keyakinan. Yaitu yakin bahwa perbuatan
yang ia lakukan akan diberi ganjaran, sangsi, upah, penghormatan, dikenang dan
lain sebagainya. Seperti para pahlawan negara yang berjuang melawan penjajah
demi membebaskan negeri mereka dari penindasan bangsa lain.
Dengan
satu tujuan mereka berjuang yaitu kebebasan “merdeka”, meskipun nyawa
taruhannya, meskipun setelah mereka mati, mayat dan nama mereka tidak ditemukan
dan dikenang. Tapi mereka tahu dan yakin seyakin-yakinnya bahwa pengorbanan
nyawa dan darah mereka akan menghasilkan sebuah perjalanan baru bagi penerus
bangsa dan negara yaitu anak-anak dan cucu mereka akan hidup bahagia, bebas
dari penjajahan dan manipulasi bangsa lain. Seperti contoh inilah kira-kira
kenapa pemeluk agama mau melaksanakan dan menghormati perintah-perintah
agamanya.
Monoteism
murni
Diantara
agama-agama samawi, hanya Islam lah yang menganut moneteism murni yang
diistilahkan dengan tauhid. Tauhid adalah mengesakan Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa
itu diistilahkan dalam Islam dengan Allah.
Keesaan Tuhan dalam Islam tidak dapat ditawar-tawar. Tuhan tidak
berserikat, tidak dua, seperti dalam agama Syiwa-Budha, juga tidak tiga seperti
dalam paham Trimurti agama Hindu Purana. Dan juga tidak seperti paham trinitas
dalam agama Kristen.
Selain
dari pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Islam mengajarkan pula untuk
percaya kepada adanya malaikat-malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan
kepada rasul-rasul Allah dan disampaikan kepada manusia, akan adanya ukuran
norma baik dan buruk dari allah (qadar) dan kepada kepada hari akhir atau
kiamat. Kepercayaan Islam ini disebut dengan aqidah dan aqidah Islam
bersumber dari arkanul iman.
Dalam
sebuah hadis yang sudah masyhur diceritakan bahwa malaikat Jibril pernah datang
kepada nabi Muhammad SAW disaat beliau sedang berkumpul dengan para sahabatnya.
Jibril bertanya tentang iman, Islam dan Ihsan. Ketika ditanya tentang iman,
nabi menjawab bahwa iman itu adalah kamu percaya skepada Allah,
malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, nabi-nabinya, hukum qausalitas (qadar )
dan beriman kepada hari pembalasan atau hari kiamat.
Disaat
ditanyakan tentang Islam nabi menjawab bahwa Islam adalah kamu hanya beribadat,
patuh dan tunduk kepada Allah semata, melaksanakan shalat 5 waktu, berpuasa di
bulan ramadhan, membayar zakat dan berhaji ke baitullah jika engkau
mampu. Pernyataan yang sama dengan redaksi yang berbeda dapat ditemukan pula
dalam banyak ayat-ayat Alquran.
Dari
keterangan-keterangan ayat alquran dan hadis-hadis yang berbicara masalah iman
dan Islam ini kita sudah dapat mengambil suatu benang merah bahwa iman dan
Islam itu berbeda. Walaupun begitu, antara keduanya itu tidak bisa dipisahkan
karena tampa iman, Islam itu tidak akan ada dan tampa Islam, iman pun tak
berfungsi. Iman itu mengajarkan keyakinan-tauhid atau aqidah. Dalam iman orang
hanya dituntut untuk percaya yaitu percaya bahwa yang menciptakan langit dan
bumi itu adalah Allah, sehingga hanya
kepadanya setiap orang wajib menyembah. Kemudian iman menuntut orang untuk
percaya akan adanya malaikat, nabi dan seterusnya.
Dipermulaan
tahun nubuwwah, yang diserukan oleh nabi kepada kaum Quraisy adalah konsep
keimanan ini. Nabi diperintahkan supaya menyeru kaum kafir Mekkah untuk
meninggalkan setiap peribadatan dan sesembahan selain kepada Allah. Nabi tidak
serta merta datang dan menyuruh orang-orang untuk shalat dan puasa, atau harus
berhaji. Ibadat Islam yang paling krusial “shalat” sekalipun baru diwajibkan
pada tahun ke-12 setelah nabi diutus, puasa tahun ke-2 setelah hijrah, berhaji
tahun ke-6 setelah hijrah, kemudian dilanjutkan perintah untuk meninggalkan
khamar dan lain sebagainya.
kehendak
Islam
Sedangkan
arkanul Islam adalah manivestasi lahiriah dari iman yang berwujud dalam ibadah
dan muamalat. Yang dituntut dari Islam itu hanya lahiriyah saja. Orang Islam
harus berikrar bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Allah, harus
shalat, puasa, zakat dan haji serta tuntutan-tuntutan ibadat lainnya. Sehingga
belum tentu orang yang sudah berikrar syahadat, malaksanakan shalat, berpuasa
dan berhaji itu adalah orang yang beriman.
Makanya
dalam Islam itu ada istilah munafik yakni orang yang mengaku beriman dari
lahiriyah saja, ia berpuasa, berhaji dan lain sebagainya, tetapi semua itu
dilakukan bukan karna keimanan, keyakinan. Bisa jadi itu dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari Islam, berlindung diri ketika perang ataupun karena
ingin menghancurkan Islam itu sendiri.
Dalam
alquran ketika Allah menyuruh orang Islam untuk mengerjakan shalat, membayar
zakat, berhaji, untuk tidak berbohong, agar berbakti kepada orang tua, tidak
memakan riba dan lain sebagainya, selalu dimulai dengan redaksi ayat, “hai
orang-orang yang beriman” bukan dengan redaksi “hai orang-orang Islam”. Hal ini
karena seperti yang saya katakan diatas, semua ibadat lahiriah itu adalah makna
dari Islam itu sendiri. Sedangkan iman hanya berkenaan dengan keyakinan atau
urusan hati. Dalam banyak hadist diberitakan bahwa orang yang akan masuk surga
adalah orang yang beriman sekaligus melaksanakan tuntutan arkanul Islam.
Penghayatan terhadap arkanul iman dan pelaksaan terhadap
arkanul Islam secara kontan dan sungguh-sungguh membentuk sikap hidup keagamaan
yang disebut dengan taqwa. Taqwa adalah bentuk kepribadian Islam dalam menjaga
hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia lain. Yaitu menjaga
norma-norma baik (qadar) Tuhan dan memelihara diri dari kejahatan (norma buruk
yang ditentukan Tuhan dan agama). Selain mengerjakan sendiri yang baik dan
menghentikan sendiri yang buruk, orang taqwa itu juga menyuruh orang lain
kepada kebaikan dan menyeuruh orang lain dari kemungkaran (amar ma’ruf nahi
mungkar).
Bisa dikatakan bahwa target akhir dari pernyataan
keimanan dan pelaksanaan ke-Islaman oleh orang mukmin atau muslim adalah
ketaqwaan ini. Semoga tulisan ini bisa mencerahkan kaum muslimin bahwa jika mereka ingin
masuk surga diakhirat kelak, maka haruslah mereka menumbuhkan sikap taqwa
disetiap laku dan niat mereka.
Teuku Saifullah, peneliti di Farabi Institute IAIN
Walisongo Semarang
Langganan:
Postingan (Atom)