Mahasiswa sebagai kaum intelek dan agent of social control yang memiliki posisi middle dalam struktur politik haruslah senantiasa bersikap hanif (condong
kepada kebenaran) dalam setiap langkah kakinya. Namun hal ini berbanding
terbalik dengan kondisi saat ini. Suara mahasiswa yang katanya suara rakyat dan
selalu memperjuangkan kaum mustadh’afin (masyarakat
tertindas) hanyalah bualan saja. Jargon itu menjadi kadan-kadang saja. Kadang-kadang memperjuangkan kaum mustadh’afin jika ada duitnya,
memperjuangkan kebenaran dan melawan kedzaliman juga kadang-kadang jika ada duitnya.
Arah perjuangan mahasiswapun semakin suram, karena perjuangan yang seharusnya murni untuk kebenaran sekarang disetir oleh mereka yang berduit. Sehingga hal ini membuat masyarakat sudah tak begitu percaya lagi dengan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa, karena opini yang terbangun adalah gerakan dan suara teriakan lantang mahasiswa hanya berorientasi pada duit,duit dan duit. Seperti tokoh pewayangan adalah Doso Muko. Tokoh yang bisa berubah wajahnya hanya untuk mengelabuhi lawannya.
Arah perjuangan mahasiswapun semakin suram, karena perjuangan yang seharusnya murni untuk kebenaran sekarang disetir oleh mereka yang berduit. Sehingga hal ini membuat masyarakat sudah tak begitu percaya lagi dengan gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa, karena opini yang terbangun adalah gerakan dan suara teriakan lantang mahasiswa hanya berorientasi pada duit,duit dan duit. Seperti tokoh pewayangan adalah Doso Muko. Tokoh yang bisa berubah wajahnya hanya untuk mengelabuhi lawannya.
Sungguh ironis sekali bagaimana
dunia pergerakan mahasiswa saat ini. Tentunya
ini menjadi koreksi bagi kita bersama untuk bersama-sama membangun citra itu
kembali. Citra sebagai pejuang bangsa, pejuang kaum Mustadh’afin tanpa duit, tanpa desakan dari siapapun (penguasa, senior atau siapapun itu namanya),
tapi desakan dari hati nuarani, jiwa dan
agama untuk bersama-sama menegakan kebenaran.
Bersama kami, HMI Komisariat Syariah
Walisongo Semarang, hal itu kita lakukan sekaligus menjadi program terbesar.
Bagaimana kita mampu membina seorang mahasiswa menjadi mahasiswa yang merdeka
dan sadar dengan kemerdekaan itu. Sehingga dalam melangkah untuk berjuang
senantiasa berdasarkan kata hati nurani yang benar. Bukan kata mereka atau
orang lain yang benar, serta intervensi dari siapapun akan mental.
Perjungan kami bukanlah perjuangan
karena duit dan bukan karena jabatan. Akan tetapi murni untuk kebenaran serta untuk
kaum mustadh’afin. Banyak hal yang
kami rancang dan sebagiyan telah kami lakukan untuk berperan secara aktif dalam
membangun kembali citra dimasyarakat akan kebusukan mahasiswa.
Hidup Mahasiswa !!! Berantas
Perbudakan Mahasiswa Atas Duit !!!
“Tuhan menghidupkan kita dalam kondisi carut-marut
saat ini bukan karena dia ingin menjadikan kita aktor antagonis dalam carut
marut ini, akan tetapi tuhan percaya pada kita bahwa kitalah pemimpin yang mampu menyelesaikan carut-marut saat
ini” (NK)
Nur Kholis, Ketua Umum HMI Kom. Syariah IAIN Walisongo Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar