Senin, 10 Juni 2013

Pertarungan Keras Merebut Suara di Dapil Aceh I

Pertarungan Keras Merebut Suara di Dapil Aceh I
IST
Persaingan politik dalam pemilu di Aceh memang berbeda dengan daerah lain. Kehadiran partai lokal Aceh menjadi ciri khas hajatan politik di provinsi paling barat tersebut. Bisa dikatakan ada dua medan persaingan politik di Serambi Mekah.

Satu medan diperuntukkan bagi partai peserta pemilu tingkat nasional. Medan politik ini memperebutkan tiket parlemen pusat. Satu medan lainnya adalah ajang kontestasi antara partai lokal dan partai nasional, memperebutkan jatah kursi di parlemen provinsi, kabupaten, dan kota yang ada di daerah istimewa tersebut. Untuk level parlemen lokal, partai lokal seperti Partai Aceh, pada Pemilu 2009, tampil mengejutkan.

Partai itu berhasil menggusur dominasi partai-partai nasional. Pun dalam hajatan pemilihan kepala daerah (pilkada), Partai Aceh didgjaya, dua kali tampil sebagai jawara. Pertama, saat mengusung Irwandi Yusuf- Muhammad Nazar, dan kedua ketika menyorong duet Zaini Abdullah-Muzzakir Manaf. Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Miftah M Sabri, pengaruh politik dari figur eks combatan cukup kuat di Serambi Mekah.

Hasil Pemilu 2009 dan dua pilkada adalah buktinya. Karena itu, siapa partai nasional yang bisa menjalin semacam "koalisi" dengan partai lokal, kansnya untuk menangguk sukses dalam memperebutkan tiket Senayan cukup besar.

Pertarungan di Aceh, bagi partai nasional, tak hanya berhadapan dengan sesama partai nasional. Untuk level lokal, partai nasional mesti berjibaku, selain antarpartai nasional, berkompetisi dengan partai lokal. Untuk persaingan menuju Senayan pun, dukungan dari partai lokal cukup membantu meski mereka tak bersaing merebut tiket parlemen pusat. Bisa dikatakan, laga politik di Aceh adalah pertarungan di dua medan.

Di Daerah Pemilihan (Dapil) Aceh I, yang membentang dari Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Luwes, Nagan Raya, Pidie, Pidie Jaya, Simeulue, Kota Banda Aceh, Kota Sabang, dan Kota Subulussalam, Demokrat pernah berjaya. Pada Pemilu 2009, Demokrat merasakan masa keemasan politiknya, sukses merebut tiga kursi dari tujuh kursi yang diperebutkan.

Tiga kursi DPR dari Dapil Aceh I berhasil diduduki kader Demokrat, yaitu M Ali Yacob, Nova Iriansyah, dan Teuku Riefky Harsa. Empat partai lainnya, Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), berbagi satu kursi. Muhammad Nasir Djamil menjadi satu-satunya kader PKS yang sukses melenggang ke Senayan.

Sementara dari PAN, yang sukses menyabet tiket Senayan adalah Said Mustafa Usab. Sedangkan Golkar mendapat tiket Senayan, lewat tangan Sayed Fuad Zakaria. Satu tiket terakhir digenggam oleh Tgk. Mohd. Faisal Amin dari PPP. Perbanyak Kursi Partai peraih tiket 2009, pada hajatan kali ini, tak mau berjudi nasib. Mereka kembali menyorong petahana Senayan untuk bertarung di dapil sama.

Harapannya, tradisi kursi tetap terjaga dan peluang memperbanyak tiket bisa diharapkan dari lapis dua dan tiga calon legislator yang didaftarkannya. Demokrat, misalnya, tetap menjagokan muka lama. Teuku Riefky Harsya kembali bertengger di daftar calon legislator pada nomor urut satu. Nomor urut dua juga ditempati petahana Senayan, Nova Iriansyah. Dan nomor urut tiga diisi oleh Nursanti Adnan.

Sementara untuk menempati nomor urut empat, Demokrat menyodorkan petahana Senayan 2009, M Ali Yacob. Strategi serupa diterapkan PKS. Pemegang tiket Senayan, M Nasir Djamil, dimajukan untuk menjaga tradisi kursi PKS di Dapil Aceh I. Nasir ada di nomor paling favorit, nomor satu. Nomor dua partai kader ditempati Mohammad Ihsan. Sementara pada nomor urut tiga, didaftarkan politisi perempuan, Kurnia Rahmayanti. Golkar pun tak mau kalah.

Di dapil ini, nama Sayed Fuad Zakaria kembali bertengger di daftar caleg beringin. Sayed adalah petahana Senayan yang diplot pada nomor urut satu. Untuk nomor duanya, Golkar mendaftarkan Andi Harianto Sinulingga. Dan, pada nomor urut tiga, dipasang nama Asrida. Mengandalkan muka lama juga dilakukan PAN. Sayed Mustafa Usab Al Idroes, peraih tiket Senayan pada Pemilu 2009, kembali didaftarkan. Bahkan Sayed langsung diplot pada nomor urut satu.

Untuk nomor duanya dipasang Anwar Ahmad. Di nomor urut berikutnya, PAN mencalonkan Mariani Haroen. PPP juga melakukan hal serupa, tetap mengandalkan petahana Senayannya. Peraih tiket Senayan satu-satunya dari PPP, Tgk H Mohd Faisal Amin, kembali maju gelanggang. Faisal dipasang sebagai vote getter partai berlambang Ka’bah. Partai pendatang baru, Nasdem, memasang Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Bachtiar Aly, menjadi andalan.

Bachtiar yang berdarah Aceh diharapkan bisa menjadi pencipta sejarah bagi Nasdem di Serambi Mekah, mampu menggondol tiket Senayan. Untuk melapis Bachtiar, Nasdem memasang politisinya yang juga berdarah Aceh, Teuku Pribadi, pada nomor urut dua. Di urutan bawahnya, Nasdem mencalonkan jurnalis senior Metro TV, Desi Fitriani. ags/P-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar